Pemrograman
linier berasal dari kata pemrograman dan linier. Pemrograman disini mempunyai
arti kata perencanaan dan linier ini berarti bahwa fungsi-fungsi yang digunakan
merupakan fungsi linier.
Secara
umum arti pemrograman linier adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat
analitis yang analisis-analisisnya memakai model matematika, dengan tujuan
menemukan beberapa kombinasi alternative pemecahan masalah; kemudian dipilih
yang terbaik diantaranya dalam rangka menyusun strategi dan langkah-langkah
kebijaksanaan lebih lanjut tentang alokasi sumber daya dan dana yang terbatas
guna mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan secara optimal.
Contoh
dari suatu masalah pemrograman linier dapat dilihat pada contoh masalah (Metode
Grafik)
Untuk
merumuskan suatu masalah kedalam bentuk model pemrograman linier, harus
dipenuhi syarat-syarat berikut:
- Tujuan masalah tersebut harus jelas dan tegas.
Pada
contoh masalah, tujuan masalah tersebut jelas, yaitu ingin mendapatkan
keuntungan yang maksimal.
- Harus ada sesuatu atau beberapa alternative yang ingin membandingkan.
Pada
contoh masalah, alternative perbandingannya adalah kombinasi jumlah produksi
dan keuntungan yang diperoleh.
- Adanya sumber daya yang terbatas.
Pada
contoh masalah, sumber daya yang terbatas adalah waktu untuk subassembly,
assembly dan inspeksi.
- Bisa dilakukan perumusan kuantitatif.
Fungsi
tujuan dan kendala harus dapat dirumuskan secara kuantitatif.
- Adanya keterkaitan peubah.
Adanya
hubungan keterkaitan antara peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan
kendala.
Untuk
membentuk suatu model pemrograman linier perlu diterapkan asumsi-asumsi
berikut:
- Linearty
Fungsi
obyektif dan kendala haruslah merupakan fungsi linier dan variabel keputusan. Hal
ini akan mengakibatkan fungsi bersifat proposional dan additive, misalnya untuk
memproduksi 1 kursi dibutuhkan waktu 5 jam, maka untuk memproduksi 2 kursi
dibutuhkan 10 jam.
- Divisibility
Nilai
variabel keputusan dapat berupa bilangan pecahan. Apabila diinginkan solusi
berupa bilangan bulat (integer), maka harus digunakan metode untuk integer
programming.
- Nonnegativity
Nilai
variabel keputusan haruslah nonnegative(=>0).
- Certainty
Semua
konstanta (parameter) yaitu cj, aij, dan bi diasumsikan mempunyai nilai yang
pasti (sudah tertentu). Bila nilai-nilai parameternya probabilistic, maka harus
digunakan formulasi pemrograman masalah stokastik.
Walaupun
ada beberapa batasan asumsi yang harus ada, namun pemrograman linier ini dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah pengalokasian sumber daya yang
terbatas guna mendapatkan hasil yang optimal.
Beberapa
metode digunakan untuk menyelesaikan masalah pemrograman linier ini. Berikut ini
akan dibahas dua metode yang umum digunakan, yaitu metode grafik dan metode
simpleks.
Metode
Grafik
Tujuan
dari metode grafik adalah untuk memberikan dasar-dasar dari konsep yang
digunakan dalam teknik SIMPLEKS. Prosedur umumnya adalah untuk mengubah suatu
situasi deskriptif kedalam bentuk masalah pemrograman linier dengan menentukan
variabel-variabelnya, konstantanya, fungsi obyektifnya dan batasan-batasannya,
sehingga masalah tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik dan
diinterpretasikan solusinya, untuk menggunakan metode grafika, dilalui
tahapan-tahapan berikut:
- Identifikasi variabel keputusan
- Identifikasi fungsi obyektif
- Identifikasi kendala-kendala
- Menggambarkan bentuk grafik dari semua kendala
- Identifikasi daerah solusi yang layak pada grafik
- Menggambarkan bentuk grafik dari fungsi obyektif dan menentukan titik yang memberikan nilai obyektif optimal pada daerah solusi yang layak
- Mengartikan solusi yang diperoleh
Metode
Simpleks
Algoritma
simpleks ini adalah suatu prosedur matematis untuk mencari solusi optimal dari
suatu masalah pemrograman linier yang didasarkan pada proses iterasi. Jadi pada
prinsipnya prosedur ini diawali dengan penentuan suatu solusi awal yang secara
terus-menerus diperbaiki hingga diperoleh solusi yang optimal.
Ada
tiga cirri utama suatu bentuk baku pemrograman
linier untuk algoritma simpleks. Ciri pertama adalah semua kendala harus
berada dalam bentuk persamaan dengan nilai kanan tidak negative. Ciri kedua
adalah semua variabel tidak yang terlibat tidak dapat bernilai negative. Dan cirri
terakhir adalah fungsi obyektif dapat berupa maksimisasi maupun minimisasi. Untuk
memenuhi ciri-ciri tersebut, maka dibuat beberapa aturan pengubahan bentuk yang
tidak memenuhi bentuk baku kedalam bentuk baku.
Sumber: Diktat Kuliah Pengantar Riset Operasional Universitas Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar